Langsung ke konten utama

Watchdog Journalism Dipraktikkan Pers Bawah Tanah (Underground Press)

Watchdog Journalism Dipraktikkan Pers Bawah Tanah (Underground Press)

Halo bertemu lagi di pada pertemuan ini penulis akan melakukan pembahasan "Watchdog Journalism Dipraktikkan Pers Bawah Tanah (Underground Press)" secara tuntas, ayo simak selengkapnya ...



Watchdog Journalism Dipraktikkan Pers Bawah Tanah (Underground Press) atas Media Mainstream Dikendalikan Rezim.

Word cloud for Watchdog journalism by Fotolia

WATCHDOG Journalism (Jurnalisme Pengawas, Jurnalisme Penjaga) adalah aktivitas kewartawanan atau pemberitaan sebagai aplikasi guna "pengawasan sosial" (social control) dalam Fungsi Pers bertimbal dengan UU No. 40/1999.

Berdasarkan Pasal 33 UU. No. 40 tahun 1999 tentang Pers, guna pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dengan kekuasaan sosial, beserta menjadi badan ekonomi (bisnis).

Dalam guna Kontrol Sosial terkandung amanat demokratis. Di dalamnya terdapat unsur-unsur: Social Participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan), Social Responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat), Social Support (dukungan rakyat terhadap pemerintah), dengan Social Control (pengawasan terhadap tindakan-tindakan pemerintah dengan masyarakat).

Contoh Watchdog Journalism atau aplikasi guna kekuasaan baik ini antara beda berita tentang penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, pungli, juga pelanggaran aturan yang dilakukan anggota masyarakat.

Data Wikipedia menyebutkan, Watchdog journalism menyajikan informasi kepada publik tentang peristiwa yang berlaku dalam sebuah badan atau masyarakat, khususnya aktivitas melanggar asas (illegal activities), melanggar moralitas (immorality), isu perlindungan konsumen, dengan degradasi lingkungan.

Media atau wartawan yang mengemban misi watchdog journalism disebut juga "watchmen" (penjaga, kritikus), "agents of social control" (agen pengawasan sosial), dengan "moral guardians" (penjaga moral).

Pemberitaan media hasil watchdog journalism bahkan bisa membuat seorang administratur mengundurkan diri, sebagaimana berlaku --sekadar contoh-- dalam kasus skandal Watergate yang membuat Presiden Richard Nixon mengundurkan diri tahun 1974 akibat tekanan publik berkat pemberitaan The Washington Post.

Watchdog Journalism membuat karet administrator berusaha menguasai dengan mengendalikan media, misalnya dengan gelontoran dana atau tekanan. Maka, jika pemilik media masuk dalam lingkaran kekuasaan, jangan harap medianya kritis terhadap pemerintahan.

Alih-alih mengkritisi kinerja pemerintah, media yang dimiliki administrator atau dikendalikan akibat rezim justru akan mendukung apa saja yang dilakukan pemerintah, bahkan berusaha menyembunyikan kekurangan dengan penyimpangan yang berlaku dalam pemerintahan.

Reuters Institute menyebutkan Watchdog Journalism merupakan perwujudan media (news media) sebagai pilar atau kekuatan keempat (the fourth estate) setelah eksekutif, legislatif, dengan yudikatif.

Konsep dasar Watchdog Journalism adalah wartawan memainkan peranan sebagai pengawas pemerintahan dengan masyarakat demi interes publik (Waisbord, 2000), dengan menyajikan pemberitaan yang objektif, faktual, dengan bergaya pemberitaan kritis (critical reporting style).

Peta media mainstream di Indonesia saat ini telah terbelah menjadi dua kubu: pro-pemerintah dengan pro-oposisi. Pemberitaan Aksi 411 dengan Aksi 212 akibat umat Islam Indonesia menjadi salah satu cermin ke mana media berpihak.

Dewan Pers menyebutkan saat ini ada tiga jenis media, yakni media profesional, media partisan, dengan media abal-abal.

Media profesional menaati kode etik dengan menyatikan pemberitaan "berimbang" tanpa ada usaha penggiringan opini atau Framing.

Media Partisan adalah media yang menjadi corong kekuatan politik dengan ekonomi tertentu, termasuk corong pemerintah (goverment press).

Media abal-abal adalah media yang tidak terdaftar di Dewan Pers dengan tidak berbadan hukum, kebanyakan berupa blog --website yang dikelola individu.

Namun, atas mayoritas media mainstream kini cenderung menjadi media partisan, alkisah media abal-abal yang tidak berbadan asas --umumnya berplatform blog-- bermunculan sebagai "underground press" sekaligus melaksanakan Watchdog Journalism, guna mengimbangi pemberitaan media mainstream yang "lebih banyak" memihak administrator ketimbang rakyat. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Referensi tentang Watchdog Journalism a.l.

Thanks for reading Watchdog Journalism Dipraktikkan Pers Bawah Tanah (Underground Press) | Tags:

Begitulah pembahasan "Watchdog Journalism Dipraktikkan Pers Bawah Tanah (Underground Press)" terimakasih atas kunjungannya

artikel ini ke dalam kategori

artikel ini bersumber dari berbagai artikel yang ada di google searcing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Menulis Jurnalistik Modern Plus

Haiii bersua lagi di pada kesempatan ini kita akan melakukan pembahasan " Teknik Menulis Jurnalistik Modern Plus " secara jelas, ayo simak sedetilnya ... Teknik Menulis Jurnalistik Modern dengan Teknik Reportase, Wawancara, Bahasa Jurnalistik. PANITIA sebuah pelatihan kewartawanan meminta aku mengisi materi dengan tema "Teknik Menulis Jurnalistik Modern" dengan Teknik Reportase dan Wawancara serta Bahasa Jurnalistik . Ada catatan di kurung: media cetak, blog, dan media sosial. Kayaknya panitia berdoa aku bicara atau memberi materi tentang cara memahat di media cetak, blog, dan media sosial. Cukup lengkap. Waktu pelatihan one day alias sehari penuh. Gak penuh-penuh amat sih, berangkat jam 09.00 s.d. 16.00 WIB. Urutan materinya sebagai berikut: Teknik Reportase dan Wawancara Bahasa Jurnalistik Teknik Menulis Jurnalistik Modern (Media Cetak, Blog, dan Media Sosial) Mungkin, yang dimaksud kewartawanan futuristik merupakan kewartawanan masa kini, terkait den

STAI Kharisma Sukabumi Gelar Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa

Halo bertemu lagi di blog saya akan menjelaskan " STAI Kharisma Sukabumi Gelar Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa " secara tuntas, ayuk simak selengkapnya ... Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kharisma Cicurug Sukabumi Jawa Barat menggelar Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa (Student Journalism) di Gedung Aula Kampus 1 STAI Kharisma Cicurug Sukabumi Jumat-Minggu 22-24 Desember 2017. Dengan biaya pendataan Rp200.000, peserta akan mendapatkan wawasan dan kapabilitas publisistik dari para pemateri tingkat nasional plus fasilitas seminar kit, sertifikat, konsumsi, tempat menginap, dan imitasi ataupun aksi langsung. Pemateri penataran pembibitan terdiri dari praktisi dan akademisi jurnalistik, yaitu Haris Sumadiria, Asep Syamsul M. Romli ( Kang Romel ), Ujang Saefullah, Aep Saepuloh, dan Budi Lesmana. Materi penataran pembibitan antara lain dasar-dasar jurnalistik, publisistik corong online, teknik menulis berita dan artikel, serta aksi melantas berupa imitasi pembuatan coro