Langsung ke konten utama

Sembilan Elemen Jurnalisme: Pedoman Wartawan & Media Profesional

Sembilan Elemen Jurnalisme: Pedoman Wartawan & Media Profesional

Apaka kabar kembali di situs penulis akan melakukan pembahasan "Sembilan Elemen Jurnalisme: Pedoman Wartawan & Media Profesional" secara jelas, mari simak sedetilnya ...

Sembilan Elemen Jurnalisme: Pedoman Wartawan & Media Profesional.

BUKU The Elements of Journalism:: What Newspeople Should Know and The Public Should Expect sangat dikenal di daerah beritawan profesional atau mahasisw junalistik.

Ditulis dua beritawan Amerika Serikat, Bill Kovach dengan Tom Rosenstiel, sembilan anasir kewartawanan ini jadi paduan profesional sekaligus etika profesi wartawan.

Kedua beritawan purnawirawan Amerika ini menggambarkan sembilan prinsip jurnalism (jurnalistik) sebagai tanggung jawab mendasar getah perca jurnalis, cagak kerja jurnalis, dengan peran pers bebas.

Verifikasi media, QR Barcode, atau "label halal" Dewan Pers terhadap media-media di Indonesia hanya akan memarakkan mana corong berbadan hukum dengan yang tidak.

Verifikasi dengan barcode bukan cagaran corong tersebut fair dengan berimbang dalam pemberitaan, juga bukan cagaran corong tersebut bebas dengan berpihak kepada publik.

Alangkah baiknya Dewan Pers juga melakukan verifikasi dari sisi konten, pemberitaan, apakah sesuai dengan aba-aba etik kewartawanan atau tidak, bukan hanya verifikasi dari sisi modal atau diri hukum.

Sembilan Elemen Jurnalisme: Pedoman Wartawan & Media Profesional

Kesembilan anasir kewartawanan itu adalah:

  1. Journalism's first obligation is to the truth. Kewajiban kewartawanan pertama adalah (berpihak) pada kebenaran.
  2. Its first loyalty is to the citizens. Loyalitas (kesetiaan) pertamanya kepada warga (publik)
  3. Its essence is discipline of verification. Esensi kewartawanan adalah bidang verifikasi
  4. Its practitioners must maintain an independence from those they cover. Para praktisinya (jurnalis/wartawan) harus menjaga independensi dari objek liputannya.
  5. It must serve as an independent monitor of power. Jurnalis harus melaksanakan dirinya sebagai pemantau bebas kekuasaan. Jurnalis harus memberi forum belah khalayak buat saling-kritik dengan mendapatkan kompromi.
  6. It must provide a forum for public criticism and compromise. Jurnalis harus memberi forum belah khalayak buat saling-kritik dengan mendapatkan kompromi.
  7. It must strive to make the significant interesting, and relevant. Jurnalis harus berusaha melaksanakan hal penting jadi menarik dengan relevan.
  8. It must keep the news comprehensive and proportional. Jurnalis harus melaksanakan berita yang komprehensif dengan proporsional.
  9. Its practitioners must be allowed to exercise their personal conscience. Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya.

Inti sembilan anasir kewartawanan itu adalah beritawan atau corong harus memegang teguh kebenaran. Dalam jurnalistik, parameter kebenaran adalah fakta, data, atau afair yang sebenarnya terjadi. Dengan demikian, manipulasi informasi --dikenal dengan framing-- bertentangan dengan kaidah jurnalistik.

Wartawan harus berpihak kepada publik. Media tidak boleh menyembunyikan informasi yang sebenarnya. Jika itu dilakukan, maka akibatnya seperti sekarang: merebaknya hoax.

Wartawan/meda harus jadi pemantau bebas kekuasaan, jadi kekuatan keempat (the fouth estate), melaksanakan watchdog journalism, atau melakukan pengawasan sosial (social control) sebagaimana diamanatkan UU No. 40/1999 akan Pers (Fungsi Pers).

Disiplin verifikasi, yakni cek dengan recek, meneliti ulang kebenaran sebentuk informasi, jadi ruh jurnalisme. Inilah yang melaksanakan pemberita corong pers atau corong kewartawanan terpercaya.

Sembilan Elemen Jurnalisme adalah ide, aba-aba etik, dengan banyak beritawan corong arus utama di Indonesia sekarang mengabaikannya, terutama soal loyalitas kepada khalayak dengan pemantau bebas kekuasaan.

Terabaikannya aba-aba etik dengan sembilan anasir kewartawanan terutama akibat media-media besar dimiliki dengan dikendalikan penguasa atau kelompok kepentingan politik. Publik tidak bisa mengharapkan peliputan yang berimbang (balance), detail, fair, kepada media-media yang dimiliki pihak yang ada di lingkaran kekuasaan atau pro-pemerintah.

Media yang dikenalikan pemerintahan atau pemilik yang ada di lingkaran kekuasaan akan berubah fungsi dengan peran dari corong pers/media kewartawanan jadi menjadi corong partisan dengan corong propaganda.

Demikian ulasan ringkas akan Sembilan Elemen Jurnalisme: Pedoman Wartawan & Media Profesional. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Begitulah pembahasan "Sembilan Elemen Jurnalisme: Pedoman Wartawan & Media Profesional" terimakasih atas kunjungannya

artikel ini ke dalam kategori

artikel ini bersumber dari berbagai artikel yang ada di google searcing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Watchdog Journalism Dipraktikkan Pers Bawah Tanah (Underground Press)

Halo bertemu lagi di pada pertemuan ini penulis akan melakukan pembahasan " Watchdog Journalism Dipraktikkan Pers Bawah Tanah (Underground Press) " secara tuntas, ayo simak selengkapnya ... Watchdog Journalism Dipraktikkan Pers Bawah Tanah (Underground Press) atas Media Mainstream Dikendalikan Rezim. Word cloud for Watchdog journalism by Fotolia WATCHDOG Journalism (Jurnalisme Pengawas, Jurnalisme Penjaga) adalah aktivitas kewartawanan atau pemberitaan sebagai aplikasi guna "pengawasan sosial" ( social control ) dalam Fungsi Pers bertimbal dengan UU No. 40/1999. Berdasarkan Pasal 33 UU. No. 40 tahun 1999 tentang Pers, guna pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dengan kekuasaan sosial, beserta menjadi badan ekonomi (bisnis). Dalam guna Kontrol Sosial terkandung amanat demokratis. Di dalamnya terdapat unsur-unsur:  Social Participation  (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan), Social Responsibility  (pertanggungjawaban pemerintah terhad

Teknik Menulis Jurnalistik Modern Plus

Haiii bersua lagi di pada kesempatan ini kita akan melakukan pembahasan " Teknik Menulis Jurnalistik Modern Plus " secara jelas, ayo simak sedetilnya ... Teknik Menulis Jurnalistik Modern dengan Teknik Reportase, Wawancara, Bahasa Jurnalistik. PANITIA sebuah pelatihan kewartawanan meminta aku mengisi materi dengan tema "Teknik Menulis Jurnalistik Modern" dengan Teknik Reportase dan Wawancara serta Bahasa Jurnalistik . Ada catatan di kurung: media cetak, blog, dan media sosial. Kayaknya panitia berdoa aku bicara atau memberi materi tentang cara memahat di media cetak, blog, dan media sosial. Cukup lengkap. Waktu pelatihan one day alias sehari penuh. Gak penuh-penuh amat sih, berangkat jam 09.00 s.d. 16.00 WIB. Urutan materinya sebagai berikut: Teknik Reportase dan Wawancara Bahasa Jurnalistik Teknik Menulis Jurnalistik Modern (Media Cetak, Blog, dan Media Sosial) Mungkin, yang dimaksud kewartawanan futuristik merupakan kewartawanan masa kini, terkait den

STAI Kharisma Sukabumi Gelar Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa

Halo bertemu lagi di blog saya akan menjelaskan " STAI Kharisma Sukabumi Gelar Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa " secara tuntas, ayuk simak selengkapnya ... Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kharisma Cicurug Sukabumi Jawa Barat menggelar Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa (Student Journalism) di Gedung Aula Kampus 1 STAI Kharisma Cicurug Sukabumi Jumat-Minggu 22-24 Desember 2017. Dengan biaya pendataan Rp200.000, peserta akan mendapatkan wawasan dan kapabilitas publisistik dari para pemateri tingkat nasional plus fasilitas seminar kit, sertifikat, konsumsi, tempat menginap, dan imitasi ataupun aksi langsung. Pemateri penataran pembibitan terdiri dari praktisi dan akademisi jurnalistik, yaitu Haris Sumadiria, Asep Syamsul M. Romli ( Kang Romel ), Ujang Saefullah, Aep Saepuloh, dan Budi Lesmana. Materi penataran pembibitan antara lain dasar-dasar jurnalistik, publisistik corong online, teknik menulis berita dan artikel, serta aksi melantas berupa imitasi pembuatan coro